Keluarga Pemegang Takhta Kekaisaran Jepang

Keluarga Pemegang Takhta Kekaisaran Jepang – Anggota keluarga kekaisaran Jepang adalah Kaisar Naruhito, Permaisuri Masako dan anak mereka, Putri Aiko. Naruhito resmi naik takhta dalam seremoni di Istana Kekaisaran Jepang di Tokyo pada Rabu 1 Mei 2019. Ia adalah pengganti sang ayah, Akihito, yang turun takhta pada 30 April.

Berikut ini adalah profil singkat dari keluarga kekaisaran Jepang tersebut.

Kaisar Naruhito

Lahir pada 1960, kaisar ke-126 Jepang ini adalah pria berusia 59 tahun. Sebelum menjadi Putra Mahkota, dia dikenal dengan julukan Pangeran Hiro. Lambang pribadinya adalah pohon azusa, atau catalpa. joker388

Keluarga Pemegang Takhta Kekaisaran Jepang

Naruhito secara resmi dinyatakan sebagai Putra Mahkota pada 1991 di usia 31 tahun, saat sang ayah Akihito menjadi kaisar Jepang. Dia pernah menjadi peneliti di Museum Sejarah Universitas Gakushuin sejak 1992. https://www.mrchensjackson.com/

Kaisar Jepang ini dikenal senang mendaki gunung dan melakukan berbagai aktivitas luar ruangan lainnya dalam lima dekade terakhir. Dia adalah anggota dari Japanese Alpine Club. Naruhito telah mengkontribusikan beberapa artikelnya di majalah kelab dan juga memamerkan deretan foto pegunungan dalam sejumlah pameran.

Ketika masih menjadi mahasiswa, Naruhito dikenal menyukai musik dan pernah bermain biola untuk orkestra Universitas Gakushin. Setelah lulus bahkan hingga saat ini, Naruhito beberapa kali menyempatkan diri bermain di orkestra tersebut.

Di kalangan keluarga, Naruhito dikenal memiliki perilaku yang sedikit berbeda dari standar kekaisaran Jepang. Salah satunya adalah sering membawa kamera saat menjalankan tugas resmi kekaisaran. Namun, ia juga dikenal sebagai pribadi yang terbuka dan mudah didekati masyarakat umum saat bepergian ke luar negeri.

Dalam kunjungan ke Denmark pada 2017, Naruhito dengan senang hati berfoto bersama sejumlah orang yang menyapanya. Tindakan tersebut sempat membuat para pengawalnya kebingungan.

Anak pertama dari Akihito dan Michiko, Naruhito dibesarkan dengan cara yang berbeda dari beberapa generasi sebelumnya. Saat Michiko hamil, dia menerima Buku Pedoman Kesehatan Ibu-Anak yang biasa dibagikan kepada para calon ibu. Buku tersebut mencatat berbagai informasi seperti kesehatan seorang ibu saat hamil dan juga statistik vital bayi serta daftar vaksinasi.

Setelah Naruhito dilahirkan di rumah sakit Agensi Rumah Tangga Kekaisaran, Akihito dan Michiko menolak mengikuti tradisi untuk memberikan bayi kaisar ke tangan perawat atau pengasuh. Akihito dan Michiko memutuskan membesarkan Naruhito bersama-sama sebagai sebuah keluarga.

Saat Naruhito berumur tujuh bulan, Michiko pernah menemani suaminya dalam kunjungan selama dua pekan ke Amerika Serikat. Beberapa orang mengingat pesan Michiko kepada pengasuh anaknya, termasuk soal “peluk Naruhito setidaknya satu kali dalam sehari.”

Berusia enam tahun, Naruhito mulai masuk ke Gakushuin. Hampir semua anggota keluarga kekaisaran Jepang menuntut ilmu di sekolah tersebut. Setelah lulus sekolah dasar, menengah dan atas, Naruhito mendaftar ke Universitas Gakushuin. Dia menyelesaikan bagian pertama dari gelar doktornya di bidang humaniora pada 1988.

Berbeda dari kebanyakan anggota keluarga kekaisaran yang memilih ilmu pengetahuan alam, Naruhito lebih condong ke bidang kemanusiaan, dengan berfokus pada sejarah transportasi dan distribusi abad pertengahan. Dia melanjutkan studi ke Merton College, Universitas Oxford, dari tahun 1983 hingga 1985. Kala itu, dia meneliti sejarah transportasi air Sungai Thames. Setelah itu, Naruhito memperluas minatnya pada masalah air dan terus meneliti bidang tersebut hingga saat ini.

Saat Naruhito beranjak dewasa, fokus publik tertuju pada siapa yang akan dinikahinya. Dia menyamakan usahanya mencari pasangan hidup dengan mendaki Gunung Fuji. Saat ditanya awak media mengenai sudah sejauh mana pencarian itu, Naruhito tersenyum dan berkata telah berhasil mencapai “pos ketujuh,” atau sudah dua per tiga dari puncak gunung.

Setelah berpacaran selama tujuh tahun, Naruhito menikahi Masako Owada pada 1993. Masako adalah mantan diplomat yang pernah ditemui Naruhito dalam sebuah acara Putri Elena dari Kerajaan Spanyol di Istana Togu di tahun 1986.

Permaisuri Masako

Permaisuri Masako, berusia 55 tahun, lahir di tahun 1963 sebagai anak pertama dari diplomat Owada Hisashi. Lambang pribadinya adalah hamanasu, atau mawar pantai. Lulusan Universitas Harvard, sang permaisuri adalah mantan diplomat yang mahir berbahasa Inggris, Jerman dan Prancis.

Saat remaja, dia adalah pemain softball yang handal. Setelah menikah, dia sering ikut dengan suaminya dalam kegiatan mendaki gunung dan bermain ski.

Lahir di Jepang, Masako menghabiskan sebagian besar masa kecilnya di luar negeri, mengikuti negara tempat sang ayah ditugaskan. Saat berusia satu tahun, Masako tinggal di Moskow dan pindah ke Jenewa di tahun berikutnya. Sejak usia empat tahun, dia tinggal di New York.

Ia kembali ke Jepang pada usia tujuh tahun, Masako mendaftar ke Denenchofu Futaba Gakuen dan menempuh pendidikan di institusi tersebut hingga jenjang sekolah menengah atas. Pada 1979, dia sekali lagi kembali ke AS saat ayahnya ditunjuk sebagai konsul di Kedutaan Besar Jepang. Sempat bersekolah di Massachusetts, Masako kemudian masuk ke Universitas Harvard. Ia lulus kuliah pada tahun 1985 dengan gelar di bidang ekonomi matematika.

Setelah lulus dan kembali ke Jepang, Masako masuk ke fakultas hukum Universitas Tokyo. Dia kemudian bekerja di Kementerian Luar Negeri Jepang pada 1987. Sembari bekerja di Kemenlu Jepang, Masako juga menempuh pendidikan pascasarjana di Balliol College, Universitas Oxford, dari 1988 hingga 1990. Dia meninggalkan jabatan di Kemenlu Jepang usai bertunangan dengan Naruhito di tahun 1993.

Tahun 2001, Masako melahirkan Putri Aiko. Masako terkena penyakit herpes zoster dua tahun setelahnya, menjelang menginjak usia 40. Sejak saat itu, Masako mulai jarang tampil di hadapan publik. Selang beberapa waktu, Masako dilaporkan menderita semacam kelainan terkait stres.

Keluarga Pemegang Takhta Kekaisaran Jepang

Walaupun tim dokter istana mengatakan Masako belum sehat sepenuhnya, dalam beberapa tahun terakhir dirinya kembali terlihat di sejumlah acara publik. Pada 2013, Masako pergi ke Belanda untuk menghadiri penobatan Willem-Alexander sebagai raja. Ia juga menghadiri sebuah jamuan formal satu tahun setelahnya, saat raja dan ratu Belanda berkunjung ke Jepang. Itu merupakan kali pertama dalam 11 tahun Masako menghadiri acara formal kenegaraan.

Pada 2018, untuk kali pertama dalam 15 tahun, Masako menghadiri pertemuan tahunan Palang Merah Jepang. Di tahun yang sama, dia juga menghadiri pesta kebun musim gugur kekaisaran Jepang. Saat itu Masako hadir sepanjang acara, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang hanya muncul dalam waktu singkat. Sesuai tradisi, seorang permaisuri Jepang biasanya membudidayakan ulat sutera, dan Masako juga diharapkan melakukan hal yang sama.

Pada Desember 2018, dalam pernyataan tertulis di peringatan ulang tahun terakhirnya sebagai putri mahkota, Masako mengatakan akan terus memenuhi tanggung jawab dan menjalankan tugas-tugasnya dengan baik.

Putri Aiko

Lahir di tahun 2001, Putri Aiko sekarang berusia 19 tahun. Satu-satunya anak dari Kaisar Naruhito dan Permaisuri Masako, julukan Aiko adalah Putri Toshi. Lambang pribadinya adalah goyo tsutsuji, atau bunga cork azalea. Saat ini dia sedang menempuh pendidikan di tahun ketiga di Sekolah Menengah Perempuan Gakushuin.

Putri Aiko bersekolah di Gakushuin sejak usia sekolah dasar. Pada 2018, di tahun keduanya sebagai siswa sekolah menengah atas, dia pergi ke Inggris untuk menjalani kelas musim panas.